Judul The Heroes of Olympus #1: The Lost Hero (Republish) | MIZAN MU - qodirsmart

Illuminating Your Digital Future

Khoirunnas Anfauhum Linnas

LightBlog

Mau bikin website? Kunjungi link berikut!

Banner IDwebhost

Senin, 21 Agustus 2023

Judul The Heroes of Olympus #1: The Lost Hero (Republish) | MIZAN MU

 



Judul

The Heroes of Olympus #1: The Lost Hero (Republish)

Penulis

Rick Riordan

Bulan Terbit

Agustus 2023

Kode buku 

ND-507

Harga

Rp119.000

Penerbit

Noura Books

Kategori

Fiksi

Sub Kategori

Fantasi

Sub Detail Kategori

Fantasi middle grade & young adult

Umur

Remaja umum, usia 15-19 tahun

Ukuran

14 x 21 cm

ISBN

978-602-385-731-9

Jumlah halaman

516

Penerjemah

Reni Indardini

Penyunting

Yuli Pritania

Jenis Kertas Isi

Bookpaper 55gr, BW

Jenis Kertas Sampul

Soft cover, FC 4/4, art carton 230 gr, doff, spot uv, emboss, shrink wrap


Bookmark: 12 x 18 cm, Ivory 250 gr, 1/1 BW

Teks Belakang Buku

Leo di sini!

Sebagian besar orang akan menganggapku tukang yang bisa memperbaiki segala. Tidak salah, aku memang seahli itu. Dengan petunjuk ini, kurasa kalian sudah bisa menebak siapa ayah dewataku.

Untuk misi dari Ramalan Besar kali ini, aku bertugas mengurus transportasi. Bukan masalah! Aku punya naga perunggu berukuran 18 meter yang suka diberi makan saus Tabasco. Aku hanya perlu mencari cara untuk …, eh, memberinya sayap agar bisa menerbangkanku, Jason, dan Piper menyerbu musuh berbahaya dan menerjunkan diri ke dalam maut. Sudah kubilang, enteng!

Aku hanya tidak suka isi ramalan untukku: Karena badai atau api, dunia akan mengalami kejatuhan.Soalnya tubuhku bisa menyulut api, secara harfiah. KerenSeram, ya?

Leo Valdez,

Tempat rahasia di dalam hutan

Perkemahan Blasteran

Tentang Penulis

Richard Russell “Rick” Riordan Jr. lahir di San Antonio, Texas, 5 Juni 1964. Dia telah menulis lebih dari 20 novel remaja, termasuk seri Percy Jackson and the Olympians

Dia lulus dari Universitas Texas di Austin pada 1986, tempat dia mendalami bahasa Inggris dan sejarah. Selama 15 tahun, Rick mengajar di sekolah-sekolah di California dan San Antonio. Rick sangat suka membaca, berenang, bermain gitar, dan bertualang bersama keluarganya. Dia juga suka menemani anaknya bermain video games

Saat ini, lebih dari 86 juta eksemplar karyanya telah terjual di Amerika Serikat dan diterbitkan di lebih dari 39 negara. Sekarang, Rick menjadi penulis purnawaktu dan tinggal di Boston bersama istri dan dua anaknya.

Cari tahu tentang Rick Riordan dan buku-bukunya di:

www.rickriordan.com dan www.readriordan.com

Pujian/Endorsement 

Para pembaca yang mendambakan untuk kembali ke Perkemahan Blasteran akan mendapatkan keinginan mereka … adegan laga sering bermunculan sementara tiga remaja heroik bertarung melawan monster di berbagai daerah di Amerika Utara …. Selintas humor sesekali muncul untuk mengendurkan ketegangan, tapi urgensi dan bahaya yang senantiasa membayangi sepertinya adalah bagian integral dalam seri ini, sama seperti dalam seri terdahulu. Berkat kehadiran tokoh-tokoh baru dalam kerangka yang sudah tidak asing, cerita turunan ini akan memuaskan hasrat pembaca yang menginginkan lebih.”

—Booklist


Penggemar Percy Jackson bisa lega: buku pertama dari seri terbaru Rick Riordan, The Heroes of Olympus,merupakan petualangan beralur cepat dengan banyak elemen familier yang akan membuat pembaca langsung terperangkap dalam dunia mitologinya yang dicampurkan ke dalam dunia modern. Bergantian dari sudut pandang tiga tokoh, gaya bercerita Rick Riordan masih sememukau biasanya, sarat dengan kecerdikan, aksi, dan penuh perasaan—para pencintanya tidak akan kecewa.

—Publishers Weekly

Resensi/Review

Para penggemar Percy Jackson boleh merasa tenang: buku pertama dalam seri turunan karya Riordan ini, The Heroes of Olympus, adalah kisah petualangan beralur cepat yang mengandung cukup banyak elemen familier. Para pembaca yang sudah mengenal baik dunia Percy Jackson, modern tetapi sarat dengan lika-liku mitologi, akan serta-merta terpikat. Berkat unsur-unsur yang cerdik di dalam alurnya—seperti dewa-dewi yang berubah wujud bolak-balik dari versi Yunani ke versi Romawi—buku ini tidak terkesan sebagai ulangan dari novel-novel Rick terdahulu. Jason, Piper, dan Leo, tiga murid di Sekolah Alam Liar untuk remaja bermasalah, terlempar ke Perkemahan Blasteran setelah perjumpaan tak terduga dengan roh badai jahat di pinggir Grand Canyon. Selain merupakan anak dari dewa-dewi kuno, ketiganya ternyata adalah bagian dari tujuh demigod dalam Ramalan Besar yang diumumkan oleh Rachel di The Last Olympian. Langsung terjun ke tengah-tengah kehidupan baru mereka, ketiganya menjalani misi untuk melindungi Gunung Olympus dan status quo dewata, yakni dengan menyelamatkan tokoh yang semula adalah musuh. Menggonta-ganti narasi di antara ketiga protagonis ini, gaya bercerita Rick segemilang biasanya, sarat dengan kecerdikan, aksi, dan penuh perasaan—para pencintanya tidak akan kecewa.


Sumber:

https://www.publishersweekly.com//9781423113393



Dunia Percy Jackson Berlanjut dalam The Lost Hero


Dihimpun oleh Dave Itzkoff


Bukan hanya anak manusia yang menikmati perkemahan musim panas: anak-anak dewa-dewi Yunani pun memiliki suaka mereka sendiri, tetapi para pembaca non-dewata tidak perlu menunggu sampai musim gugur untuk menyimak petualangan mereka di sana. Penerbit Disney Hyperion mengabarkan pada hari Senin bahwa mereka akan menerbitkan The Lost Hero, karya baru Rick Riordan, pengarang seri petualangan laris Percy Jackson & the Olympians serta buku anak-anak laris The Red Pyramid. Novel baru untuk remaja ini merupakan yang pertama dalam seri The Heroes of Olympus dan akan menghimpun para pahlawan Percy Jackson yang sudah ada beserta tokoh-tokoh baru di Perkemahan Blasteran, tempat pelatihan para demigod. Mr. Riordan mengatakan Senin lalu bahwa dia sudah menjajaki seri ini jauh sebelum menyelesaikan seri terdahulu. “Aku sudah tahu bahwa cerita tidak akan muat di dalam satu seri,” kata Mr. Riordan dalam wawancara melalui telepon. “Intinya, aku harus menyeimbangkan keinginan untuk menamatkan Percy Jackson secara memuaskan dengan keinginan pembaca di luar sana, yang belum siap untuk berpisah dengan dunia tersebut.”


Sumber:

https://www.nytimes.com/2010/06/22/books/22arts-THEWORLDOFPE_BRF.html



The Lost Hero: The Heroes of Olympus, Buku 1

Resensi Buku oleh Carrie R. Wheadon, Common Sense Media


Yang Perlu Diketahui oleh Orangtua

Orangtua perlu tahu bahwa, sama dengan seri induknya, Percy Jackson, buku turunan ini mengandung perpaduan antara pertempuran berlaju cepat, monster-monster menakutkan, dan humor. Tiga pahlawan baru—Jason, Piper, dan Leo—berkali-kali terancam bahaya fatal dan mempertaruhkan nyawa demi satu sama lain. Para pahlawan ini berusia pertengahan belasan tahun, maka asmara sudah membayang antara Jason dengan Piper, tetapi belum terjadi apa-apa. Sama seperti seri Percy Jackson, The Lost Hero akan memperkenalkan anak-anak kepada serba-serbi mitologi Yunani … dan mudah-mudahan mereka akan tertarik untuk mengorek lebih banyak lagi.


Ceritanya Apa?

Jason kebingungan ketika terbangun di bus sekolah dalam perjalanan ke Grand Canyon, tidak ingat dia siapa dan bagaimana dia sampai berada di sana. Piper yang tulus berlagak seperti pacar Jason, sedangkan Leo yang kocak mengira dia sahabat Jason, tetapi Jason tidak mengingat mereka berdua. Sebelum dia sempat banyak bertanya, ketiganya diserang oleh roh badai dan diselamatkan oleh kereta perang Perkemahan Blasteran. Baru saja terkuak bahwa mereka pahlawan, bahkan sebelum mereka sempat duduk di kasur kabin, mereka keburu dipanggil menjalani misi untuk menyelamatkan Hera (yang tahu Jason sebenarnya siapa) dari kekuatan gelap yang menggelegak di dalam bumi—bangsa raksasa dan masih banyak lagi. Sambil menunggangi naga logam yang diperbaiki secara piawai oleh Leo (putra Hephaestus, tentu saja), ketiganya mendatangi dewa-dewa angin yang tidak kalah berbahaya untuk membantu mereka mencari Hera. Namun, Piper memiliki misi rahasia: ayahnya telah diculik oleh seorang raksasa lain yang ingin menukar nyawa teman-temannya dengan kebebasan ayahnya—pilihan yang mustahil.


Bagus, Tidak?

Bacaan ini lebih berat daripada buku-buku pertama di seri Percy Jackson, tapi begitu adegan aksi semakin memanas, kekurangan tersebut dengan mudah terlupakan.

Alangkah baiknya untuk membaca seri Percy Jackson terlebih dahulu. Cerita turunan ini menggunakan perkemahan yang sama untuk menggembleng pahlawan dan menelurkan tiga lagi demigod yang menarik. Entah apakah para pembaca akan menyukai mereka seperti menyukai Annabeth dan Percy, tetapi buku ini memberikan awal yang menjanjikan.

Yang selalu menjadi daya tarik dari buku-buku Rick Riordan adalah selera humor dan percampuran kreatif antara mitos dengan yang modern. Aeolus menyuguhkan argumen memikat mengenai apa sebabnya meteorolog sering kali keliru, sedangkan Medea sang wiraniaga memiliki lidah emas yang menyihir (sigap membujuk kita untuk membeli beragam jenis ramuan beracun, silakan ke sebelah sini!). Aspek seru dan petualangan inilah yang menjadikan tiap buku Rick Riordan bagaikan misi yang layak dijelajahi.


Sumber:

https://www.commonsensemedia.org/book-reviews/the-lost-hero-the-heroes-of-olympus-book-1



Resensi Buku: The Lost Hero


The Lost Hero adalah buku pertama dalam seri The Heroes of Olympus, yang berlangsung tepat setelah seri Percy Jackson and the Olympians, jadi pembaca dianjurkan untuk membaca seri Percy Jackson sebelum membaca buku ini. Buku ini bercerita tentang tiga demigod, Leo, Jason, dan Piper, yang terdampar di Perkemahan Blasteran. Ketiga blasteran ini kemudian menjalani misi bersama-sama. Pada buku ini, Leo Valdez menemukan macam-macam yang baru dan aneh tentang masa lalunya, dia juga menggandrungi mesin-mesin dan gemar main mata. Menurutku, dialah yang paling membumi di antara ketiga tokoh utama dan dia sangat membangkitkan rasa sayang. Jason terbangun di bus dan tidak tahu siapa dirinya, tetapi dia tahu bahwa ada yang tidak beres. Dalam buku ini, pembaca merasa kurang memiliki keterikatan dengan Jason karena dia hilang ingatan, jadi tidak banyak yang kita ketahui tentangnya, selain dari misi itu sendiri, tetapi dia masih merupakan tokoh yang menarik. Piper memiliki rahasia dan kehidupannya jungkir balik sepanjang buku ini. Dia sesekali terkesan membumi, tetapi Leo-lah tokoh yang paling mudah menuai simpati kita di buku ini. Singkat kata, ketiga demigod ini menjalani misi bersama-sama untuk mencegah kiamat sekaligus mempelajari macam-macam sepanjang perjalanan.

The Lost Hero adalah buku yang bagus. Selagi membaca, aku sempat menengok peta Amerika Serikat untuk memastikan bahwa aku paham mereka hendak ke mana. Secara umum, plot dan misi relatif mudah untuk diikuti, tetapi buku ini sesekali terasa lambat. Mitologi diintegrasikan secara sangat baik ke dalam cerita. Cerita ditulis secara deskriptif dan aku menyukainya karena penceritaannya dari sudut pandang orang ketiga alih-alih dari sudut pandang orang pertama, seperti di seri Percy Jackson and the Olympians. Buku ini terkesan dirumuskan secara saksama dan pas sekali dengan buku-buku lain dalam dunia yang sama. Buku ini menyimpan satu kejutan asyik kecil-kecilan yang sama sekali tidak kusangka. Kalian akan jatuh hati kepada tokoh-tokoh utama, terutama Leo Valdez. Aku menyukai akhirnya, menutup cerita dengan apik sekaligus membukakan jalan ke kelanjutannya. Sedikit bahasa Prancis di dalamnya mudah untuk dipahami, bahkan kalaupun kita tidak bisa berbahasa Prancis. Secara keseluruhan, ini adalah buku yang bagus, awal yang bagus untuk sebuah seri, dan merupakan cerita pelengkap yang luar biasa di dunia Percy Jackson.


Sumber:

https://ppld.org/book-reviews/lost-hero-1



The Lost Hero Karangan Rick Riordan—Lima Resensi!


The Lost Hero karangan Rick Riodan adalah buku tentang demigod Yunani, Jason, Leo, dan Piper. Demigod adalah blasteran, anak manusia dari dewa-dewi Yunani. Misalkan saja, Jason adalah putra Zeus, raja dewa, Piper putri Aphrodite, dewi cinta, dan Leo putra Hephaestus, dewa pandai besi dan api.

Jason terbangun dalam keadaan hilang ingatan dan tidak tahu apa-apa mengenai kehidupannya sebelum dia bangun. Leo, Piper, dan Jason segera saja dikirim ke Perkemahan Blasteran, perkemahan untuk demigod Yunani. Mereka kemudian diutus menjalani misi untuk menyelamatkan Hera, ratu kayangan. Namun, bisakah Jason, Leo, dan Piper, semuanya tidak berpengalaman, menunaikan misi sesulit itu?

Tokoh favoritku Jason karena dia pemberani. Contohnya, dalam bagian favoritku di buku ini, Jason bertarung seorang diri melawan raksasa.Aku suka bagian ini karena Zeus membantu membunuh raksasa. Buku ini kuberi nilai 4 dari 5 bintang. Ini buku yang akan kurekomendasikan kepada teman-teman. Aku suka sekali karena Rick Riordan menyediakan panduan istilah dan dewa-dewi Yunani pada pengujung buku.

—Omaier M.


Jason adalah remaja biasa dalam segala hal. Bedanya, dia tidak ingat siapa dirinya. Sekarang, monster-monster berusaha menghabisinya dan kedua temannya, Leo dan Piper. Jason harus mengalahkan mereka, menjalani misi, dan mengingat siapa dirinya—kesemuanya sebelum titik balik musim dingin. Jika tidak, dunia akan kiamat.

Tokoh favoritku dalam buku ini adalah Jason. Bagian favoritku dalam buku ini adalah ketika Thalia dan Hera bertengkar, soalnya lucu. Aku memberi buku ini nilai 5/5 dan akan merekomendasikan buku ini kepada teman-teman karena petualangannya seru.

—Eram


The Lost Hero karangan Rick Riordan menceritakan perjalanan tiga remaja (Jason, Piper, dan Leo) untuk menyelamatkan Hera dan ayah Piper. Masalahnya, Jason terbangun di bus sekolah dan tidak tahu apa-apa tentang masa lalunya karena amnesia, sedangkan Piper dan Leo tidak punya pengalaman dalam “misi demigod”. Sekarang, mereka harus menempuh misi untuk menyelamatkan Hera, ratu dewata, sekaligus bertarung melawan banyak monster sepanjang perjalanan. Tugas ini harus sudah mereka tuntaskan saat titik balik musim dingin. Jadi, pada dasarnya, Jason, Piper, dan Leo harus menyelamatkan Hera, bertarung melawan monster-monster, mempertaruhkan nyawa, dan membiasakan diri untuk menjadi demigod. Siapa sangka anak remaja ternyata menanggung stres sebesar itu?

Tokoh favoritku dalam buku ini sudah pasti Jason, putra Zeus. Dia tokoh favoritku karena keberaniannya. Dia selalu sangat pemberani, juga lumayan kocak. Bagian favoritku di buku ini adalah ketika Leo berkata, “Aku tidak bisa buang gas lagi! Wow, kedengarannya aneh ….” Aku ingat sempat terpingkal-pingkal di bagian itu. Aku suka sekali bagian itu karena lucu bukan main. Buku ini kuberi nilai 5 dari 5 bintang. Buku ini sudah pasti merupakan salah satu novel favoritku. Buku ini kurekomendasikan untuk temanku yang mana saja, terutama penggemar seri Percy Jackson. Jika kalian menyukai mitologi, buku ini wajib dibaca!

—Alima H.


The Lost Hero, buku pertama dalam seri The Heroes of Olympus karya Rick Riordan, adalah petualangan seru dan kocak yang bisa dinikmati orang-orang usia berapa pun. Ketika Jason terbangun di bus sekolah dalam perjalanan karyawisata ke Grand Canyon, semua baik-baik saja, terkecuali bahwa dia tidak tahu apa-apa; dia di mana, siapa orang-orang asing di sekitarnya, dan yang paling gawat, dia siapa. Kemudian, setelah diserang oleh roh badai, Jason dan dua anak lain, bernama Piper dan Leo, dibawa pergi ke Perkemahan Blasteran yang ajaib. Di sana, ketahuan bahwa mereka adalah anak dewa. Ketiga demigod yang baru saja dipersatukan, ditawari untuk menjalani misi, yaitu menyelamatkan Ratu Kayangan itu sendiri. Akankah para pahlawan belia berhasil? Atau akankah mereka dihabisi oleh musuh baru yang tidak diketahui? Cari tahu jawabannya di The Lost Hero.

—Justin


The Lost Hero merupakan salah satu buku terbaik yang pernah kubaca. Aku memberinya nilai 10/10. Aku berpendapat begini karena aku suka mendapat pengetahuan mengenai dewa-dewi Yunani dan karena aku juga menggemari seri Percy Jackson. Rick Riordan penulis hebat dan bahkan kalaupun kalian tidak tertarik kepada mitologi Yunani, kalian mesti coba membaca salah satu buku yang luar biasa ini. Tulisannya menarik dan dia adalah pengarang jempolan yang jago memikat audiens. Buku ini adalah bacaan yang sangat bagus.

—Jordyn


Sumber:

https://deerparklibrary.org/teenspeak/2013/06/10/the-lost-hero-by-rick-riordan/

Keunggulan 

  • The Heroes of Olympus merupakan seri lanjutan dari Percy Jackson and the Olympians, yang menjadi seri bestseller di seluruh dunia dan sangat diminati di Indonesia.

  • Di Indonesia, seri ini pertama kali diterbitkan pada 2012 dan telah dicetak ulang sebanyak 15 kali. Untuk ketiga kalinya, Noura Publishing mengganti sampul seri ini, yang dibuat oleh Garisinau, ilustrator yang mengerjakan sampul terbaru Percy Jackson and the Olympians dan menarik sangat banyak perhatian dari pembaca internasional. Sampul The Heroes of Olympus sendiri sudah diposting di Twitter oleh Rick Riordan dan istrinya dan mendapatkan pujian dari mereka.

  • Sampul terbaru menonjolkan lima tokoh baru dalam seri The Heroes of Olympus: Leo, Frank, Piper, Hazel, dan Jason, memberi kesempatan bagi mereka untuk mendapat spotlight-nya masing-masing. Sampul ini mengambil konsep adegan heroik yang mereka lakukan, bersama makhluk yang menemani mereka atau monster yang harus mereka kalahkan.

  • Menggabungkan mitologi Yunani dan Romawi, Rick Riordan menawarkan gaya bercerita baru. Alih-alih hanya diceritakan dari sudut pandang satu tokoh, kali ini Rick mengambil banyak sudut pandang sekaligus: Jason, Piper, Leo, Percy, Annabeth, Frank, Hazel, dan lain-lain, memberi pembaca kesempatan untuk lebih mengenal tokoh-tokoh protagonis baru ini.

  • Percy dan Annabeth, serta tokoh-tokoh lain yang menjadi favorit (atau malah dibenci) dari seri Percy Jackson and the Olympians, akan muncul kembali dalam seri The Heroes of Olympus dan menjalani petualangan yang jauh lebih menegangkan dan penuh intrik.

  • Akan ada tiga ilustrasi baru dalam tiap buku.

  • Bookmark-nya berupa art print hitam putih yang bisa diwarnai, dengan konsep monster yang menjadi musuh dari tiap buku. Di baliknya, akan ada kutipan menarik dari tiap judul.

Segmen Pembaca

Remaja, Dewasa; 15-19 tahun

Keywords 

Rick Riordan, The Heroes of Olympus, Mitologi Yunani, Mitologi Romawi, Dewa-Dewi Yunani, Dewa-Dewi Romawi

Artikel Terkait

The Lost Hero


Pendahuluan

Dalam menulis The Lost Hero, Rick Riordan konon terilhami oleh, antara lain, game seperti World of Warcraft dan Scion, dan kesannya memang seperti itu.


Para tokoh utama—Jason Grace, Piper McClean, dan Leo Valdez—berpacu dari satu keping teka-teki yang menggairahkan dan mematikan ke keping teka-teki berikut yang tidak kalah menggairahkan dan mematikan, menggunakan kesaktian dan tipu daya hebat untuk mengakali dewa-dewi jahat, raksasa-raksasa yang lebih jahat, dan ibu bumi yang malah lebih jahat lagi. Jika kalian menyukai ruangan tersembunyi, di sini ada ruangan tersembunyi; jika kalian menyukai pelarian pada saat terdesak, para pahlawan bisa berkelit pada saat terdesak; jika kalian menyukai bos besar, di sini banyak bos besar yang berlomba-lomba untuk menyerbu pahlawan kita. Persis seperti game, senjata dan barang-barang lain milik tokoh utama selalu muncul sekonyong-konyong, entah dari mana: Jason memiliki koin yang bisa berubah menjadi pedang atau perisai; Leo memiliki sabuk ajaib yang bisa mengeluarkan sembarang perkakas. Yang kurang cuma musik latar—tetapi kalian bisa menambahkannya sendiri jika mau. Coba saja berteriak—biiip booop biiiiip booooop—tiap kali ada yang terjun dari langit di The Lost Hero, dan mari kita lihat siapa yang capek duluan—kalian atau ibu kalian. Kami bertaruh ibu kalian akan kesal duluan, tetapi kami doakan semoga kalian beruntung.


Idealnya, jika bisa, sebaiknya kalian suarakan teriakan itu dalam bahasa Yunani atau Latin. Tiap game membutuhkan embel-embel atau tema, sedangkan bungkus dari The Lost Hero adalah mitologi Yunani dan Romawi. Semua bos besar yang dilawan oleh para pahlawan dikutip dari mitologi—ada Medea, yang diperlengkapi ramuan sihir jahat, dan Midas, yang bertelinga keledai (telinganya tidak jahat, mungkin malah agak menggemaskan). Yang seru dari buku ini adalah kita menyelami mitologi dalam konteks game. Bagaimana sentuhan emas Midas berfungsi sebagai senjata? Bagaimana kita bisa mengalahkan Cyclops? Buku ini malah memuat penjelasan pelik berlandaskan mitos Yunani mengenai kenapa monster-monster hidup kembali, seperti dalam game, dan terus menyerang setelah mereka dibunuh. Tartarus, dunia bawah Yunani yang seharusnya didatangi oleh monster-monster setelah mereka dihabisi, sudah dibuka. Oleh sebab itu, monster-monster tidak mati—mereka semata-mata terbuyarkan menjadi debu dan mewujud kembali …. Artinya, para pahlawan ala game lagi-lagi harus bertarung dengan seru.


Tidak mengherankan bahwa The Lost Hero teramat populer, masuk ke daftar buku laris New York Times dan USA Today, juga memenangi anugerah buku terbaik 2010 dari Barnes and Noble. Sebagian karena kesuksesan besar seri terdahulu, Percy Jackson and the Olympians, yang buku terakhirnya baru keluar setahun sebelum The Lost Hero terbit. Dua buku pertama Percy Jackson (The Lightning Thief and The Sea of Monsters) telah diadaptasi menjadi film sukses, sedangkan sebagian tokoh dari seri tersebut (seperti Annabeth Chase dan, kurang lebih, Percy Jackson) muncul lagi di The Lost Hero.


Namun, The Lost Hero sukses bukan semata-mata karena buku ini merupakan bagian dari waralaba media. Faktanya, orang-orang menggandrungi buku yang sesungguhnya adalah game. Jika kita mengumpulkan semua yang pernah membaca The Lost Hero dalam satu stadion raksasa dan mempersilakan mereka menyediakan musik latar ala game secara berbarengan—nah, mereka mungkin akan mengatakan bahwa kalian sinting. Shmoop minta maaf karena sudah menyampaikan usulan ini.


The Lost Hero Bercerita tentang Apa dan Serunya Apa?

The Lost Hero adalah mesin pintar yang membuat kita peduli.

Literatur anak-anak dan remaja kerap dibangun di seputar wacana mengenai orang normal dan biasa-biasa saja yang memperoleh kesaktian luar biasa dan menyongsong takdir hebat. Harry Potter tiba-tiba mengetahui bahwa dia adalah penyihir yang ditakdirkan menyelamatkan dunia. Bella di Twilight tiba-tiba menemukan dunia vampir dan (belakangan) mengetahui bahwa dia sedari awal ditakdirkan menjadi vampir super. Spider-Man digigit laba-laba radioaktif dan memetik pelajaran bahwa kekuatan besar mengandung tanggung jawab besar. Semua tokoh ini adalah perwakilan dari pembaca—mereka memberi kita kesempatan untuk membayangkan bagaimana rasanya jika orang seperti kita, yang normal dan biasa-biasa saja, tiba-tiba mendapat kekuatan sihir, atau kekuatan vampir, atau kekuatan laba-laba. Semua cerita itu menanyakan bagaimana jika kita (a) mempunyai kekuatan super dan (b) adalah orang terpenting sedunia?


The Lost Hero sejalan dengan skenario umum ini, tetapi malah lebih lagi. Buku dibuka dengan terbangunnya Jason, dalam perjalanan di bus sekolah, dan dia tidak tahu siapa dia dan di mana dia. Dengan kata lain, Jason memulai perjalanan di posisi yang sama persis seperti kita—dia di awal buku dan dia belum tahu apa-apa. Selagi halaman dibalik satu-satu, kita dan dia sama-sama—berduaan (aww …)—menguak kesaktian dan takdirnya (hai, Putra Zeus yang akan menyelamatkan dunia). Buku ini memosisikan kita secara saksama di samping Jason, sang pahlawan hilang. Malah, judul The Lost Hero bukan saja mengacu kepada Jason, tetapi juga pembaca. Bagaimanapun, kita semua adalah protagonis kebingungan yang mengawali buku; kita tidak tahu apa yang terjadi sampai kita membaca terus dan terus dan menemukan diri sendiri.


Namun, buku tidak berhenti sampai di sana. Cerita ini ingin memastikan agar semua orang mengalami bagaimana rasanya mendapatkan kesaktian dan menjumpai takdir. Jadi, The Lost Hero menyertakan tokoh-tokoh lain yang bisa mewakili pembaca. Ketiga tokoh utama—Jason, Leo, dan Piper—semua memiliki bab sendiri dan pada bab itulah cerita digambarkan dari sudut pandang tokoh tersebut, jadi kita bukan saja merasakan bepergian dengan satu atau dua, melainkan tiga tokoh berlainan—salah seorangnya (Piper) perempuan, sedangkan dua orang (Piper dan Leo) tidak berkulit putih (Piper setengah Cherokee; Leo setengah Hispanik). The Lost Hero ingin semua orang—hore, keberagaman—tahu bagaimana rasanya menjadi pahlawan super.


Oleh sebab itu, meskipun Leo dan Piper tidak menderita amnesia, cerita mereka terkuak mirip seperti cerita Jason. Di awal, mereka bingung. Mereka mengira mereka berteman dengan Jason, sebagaimana tokoh-tokoh di awal buku selalu mengira bahwa mereka tahu segalanya mengenai kejadian sebelum buku dimulai. Namun, mereka keliru; buku baru dimulai dan mereka perlu menguak macam-macam mengenai Jason, sama seperti kita. Selain itu, Leo dan Piper tidak tahu mereka adalah anak dewa. Mereka mengetahui fakta ini tentang diri mereka di tengah-tengah buku, sama seperti Jason.


Buku ini praktis berlutut, memohon-mohon supaya kita tertarik. Ini adalah takdir hebat kita juga, buku ini seolah berkata: Jangan beranjak. Sulit untuk tidak terpukau oleh novel yang ingin sekali agar anak-anak membacanya. Terutama ketika novel tersebut menyertakan tokoh berupa naga raksasa mekanis yang bernapas api.


Sumber:

https://www.shmoop.com/study-guides/literature/the-lost-hero

Nukilan Buku


Wawancara Penulis

Dewi Yunani dan Dewa Romawi:

Wawancara GeekDad dengan Rick Riordan


Rick Riordan adalah pria yang sangat sibuk. Baru pekan lalu The Lost Hero, buku pertama dalam seri barunya, The Heroes of Olympus, terbit dan saat ini dia menjalani tur di 12 kota untuk mempromosikan buku dan bertemu para pembacanya. Kemudian, versi novel grafis dari bukunya, The Lightning Thief, akan terbit tidak lama lagi. Selain itu, dia baru saja mengirim naskah buku kedua dalam seri The Kane Chronicles kepada editornya, menjelang penerbitan buku itu pada musim semi 2011. Namun, dia ternyata masih menyediakan waktu akhir pekan kemarin untuk mengobrolkan fantasi anak-anak, mitologi, dan The Lost Hero.


Sebagai mantan guru, apakah kau sengaja berusaha menanamkan pendidikan ke dalam tulisanmu atau setidaknya menaburkan benih-benih yang menumbuhkan minat untuk membaca lebih dalam lagi?

Pertama-tama, aku selalu ingin agar anak-anak senang membaca cerita, tapi selain itu aku berharap mereka juga tertarik kepada mitologi. Tujuanku sebagai guru di kelas adalah supaya anak-anak keasyikan, sampai-sampai mereka tidak sadar sedang belajar—dan itu masih merupakan tujuanku sebagai penulis. Aku ingin mereka menamatkan buku dan ingin mengambil buku lain. Pembelajaran tersebut subversif, belajar dengan cara yang menyenangkan.


Kau memiliki dua anak laki-laki. Apakah kau meminta masukan dari anak-anakmu atau menulis sambil membayangkan bahwa cerita tersebut untuk mereka?

Buku-buku Percy Jackson awalnya adalah untuk putra sulungku, Haley, sewaktu dia tujuh tahun. Aku mulai mendongeng kepadanya karena dia menderita GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) dan disleksia, seperti Percy Jackson. Jadi, aku menggunakan cerita supaya dia tertarik membaca dan dialah yang menyuruhku menulis cerita tersebut. Cerita-cerita itu menjadi novel berdasarkan masukan darinya. Patrick, putra bungsu saya, ikut serta ketika dia sudah bisa membaca sendiri dan mereka masih menjadi editorku di garis depan, istri dan kedua anak laki-lakiku. Aku tidak akan bermimpi untuk mengirimkan buku kepada editor sampai mereka sempat meninjaunya terlebih dahulu. Kami duduk bersama dan membacanya keras-keras—itulah yang kami lakukan untuk The Lost Hero. Anak-anakku tidak pernah berbasa-basi. Jika alur cerita lambat, mereka akan memberitahuku. Jika ada lelucon yang menurutku sangat lucu dan mereka tidak tertawa, aku tahu lelucon itu harus diubah.


The Lost Hero sudah terbit. Sudah berapa lama waktu berlalu di dunia itu sejak The Last Olympian berakhir?

Baru beberapa bulan. Pertempuran besar di The Last Olympian terjadi pada Agustus dan The Lost Hero berlangsung pada Oktober. Jadi, baru sekitar dua atau tiga bulan. Aku memang sengaja karena aku ingin melibatkan tokoh-tokoh dari seri Percy Jackson dan ingin pembaca penasaran mengenai mereka. Dengan cara itulah aku mengajak mereka kembali mengunjungi dunia tersebut, tapi dengan sentuhan baru, sekaligus supaya mereka bisa mengetahui kabar terbaru dari Percy, Annabeth, dan kawan-kawan dari seri pertama.



Apa perbedaan The Lost Hero dengan seri Percy Jackson?

Yang paling jelas adalah penceritaannya. Buku ini diceritakan dari sudut pandang orang ketiga dan memiliki tiga narator berlainan. Tiga demigod baru adalah Jason, Piper, dan Leo dan mereka bergantian menarasikan cerita dari sudut pandang orang ketiga. Melakukan itu menarik sekali, tapi aku agak gugup karena tidak tahu bagaimana reaksi penggemar. Tapi, sebenarnya, banyak orang yang sudah memberitahuku bahwa mereka lebih suka seperti ini karena kita bisa lebih mendalami isi kepala tokoh-tokoh. Jadi, pada penghujung The Lost Hero, kita jauh lebih mengenal mereka bertiga daripada kita mengenal tokoh sampingan Percy Jackson (karena di Percy Jackson, cuma Percy yang mengisahkan seluruh cerita). Jadi, pendekatannya berbeda. Kecuali itu, jenis aksinya sama, jenis humornya sama, dan kuharap aku bisa mengejutkan semua orang pada pengujung The Lost Hero karena aku sungguh menjungkirbalikkan dunia Percy Jackson. Tapi, sejauh ini, umpan balik yang kudapat bagus-bagus dan para penggemar sangat menyukainya.


Jadi, akankah kita segera bertemu Percy, Annabeth, Grover, dan tokoh-tokoh lain dari seri pertama?

Tentu. Annabeth di bab pertama dan Percy, nah, dia tidak ada di buku ini, tapi dia sudah pasti memiliki peran sangat penting dalam buku ini. Kita akan menjumpai Percy, pastinya. Dia akan memainkan peran penting dalam seri ini. Bisa kukatakan bahwa, pokoknya, kita akan bertemu semua tokoh Percy Jackson dalam seri baru ini.


Kelihatannya kali ini akan ada peleburan antara mitologi Yunani dan Romawi. Kenapa kau memutuskan untuk menyertakan mitologi Romawi dalam seri ini?

Itulah yang sudah ditanyakan dan diminta oleh anak-anak sejak sekitar lima tahun lalu, sejak aku memulai The Lightning Thief. Ke mana pun aku pergi, anak-anak berkata, “Bagaimana kalau dewa-dewi Romawi diceritakan?” Padahal itu pelik sebab dewa-dewi Romawi adalah dewa-dewi Yunani, cuma karakterisasinya saja yang agak berbeda. Aku mulai memikirkan itu dan memikirkan variasinya. Di dunia Percy, aku menjelaskan bahwa dewa-dewi mengikuti umat manusia ke mana-mana. Mereka pindah dari Yunani ke Romawi ke Eropa dan akhirnya ke Amerika dan aku mulai berpikir bagaimana jika aspek Romawi dewa-dewi masih ada dan apa yang berbeda? Apa bedanya Jupiter dengan Zeus? Jadi, dengan mengutak-atik ide itu, aku mendapat ide untuk seri baru ini. Kita akan melihat banyak aspek Romawi dari dewa-dewi, versi Romawi dari seluruh cerita lama tersebut, dan pendekatan ini memberikan kehidupan baru untuk dunia Percy Jackson dan membuka segala kemungkinan baru. Aku sungguh menyukainya!


Percy Jackson sungguh pahlawan yang tidak biasa. Nilainya rata-rata dan dia menghadapi sejumlah tantangan pelik seperti GPPH dan disleksia. Masukan apa saja yang kau dapat dari keluarga-keluarga yang membaca bukumu mengenai pahlawan ini, yang mempunyai kemampuan magis sekaligus sama saja seperti anak tetangga sebelah rumah (atau tetangga sebelah kamar asrama) kita?

Menurutku, anak-anak tidak akan menyukai pahlawan yang terlalu sempurna, yang tidak memiliki kekurangan, apalagi jika pahlawan itu dikatakan mirip dengan mereka. Tidak masuk akal, bukan? Lagi pula, pahlawan menurut model Yunani memang memiliki kekurangan fatal. Dia tidak pernah sempurna, sedangkan makin kuat dia, makin dia bercela. Dewa-dewi juga sama. Mereka semua kuat, tapi mereka sangat manusiawi. Mereka digerogoti oleh rasa marah, cemburu, murka, dan lain-lain. Aku membuat Percy menderita GPPH/disleksia agar putraku merasa memiliki keterikatan dengannya. Aku terkesima karena banyak keluarga yang menyurati kami dan mengatakan anak laki-laki mereka menderita GPPH, dia tertarik pada Percy Jackson, dan serta-merta dia menjadi gemar membaca. Si anak laki-laki merasa bahwa GPPH ibarat lambang kehormatan, berkat Percy. Atau anak perempuan mereka menderita disleksia dan mereka diberi tahu dia tidak akan bisa membaca buku. Kemudian, dia mulai membaca Percy Jackson dan mereka memergokinya membawa senter, membaca di bawah selimut, mencoba menamatkan sendiri buku terakhir. Ini adalah umpan balik yang luar biasa bagi seorang guru dan seorang ayah. Aku tidak bisa membayangkan apa lagi yang lebih baik daripada semua itu.


Dewasa ini, ada banyak buku fantasi yang bagus untuk anak-anak, seperti seri Harry Potter, karyamu, Garth Nix, buku-buku Phillip Pullman, dan masih banyak yang lain. Buku seperti apa yang kau baca semasa kecil dan memengaruhimu sebagai penulis?

Saat ini, kita sedang berada di zaman keemasan literatur anak-anak dan banyak sekali buku anak-anak di luar sana, terutama fantasi. Kuharap sudah begini ketika aku mulai mengajar 20 tahun lalu, tapi nyatanya tidak. Dulu, tidak banyak buku anak-anak. Semasa kecil, aku menggandrungi mitologi Yunani. Aku menggandrungi mitologi Nordik Kuno. Aku menggandrungi The Lord of the Rings, barangkali itulah yang mencetuskan minatku terhadap fantasi. A Wizard of Earthsea karya Ursula Le Guin. Untuk fiksi ilmiah, Stranger in a Strange Land karya Robert Heinlein. Sebelum itu, The Phantom Tollbooth karya Norton Juster. Itulah sebagian bacaan yang mengantarkanku ke genre fantasi.


Menurut pendapatmu, bagaimana buku-buku fantasi untuk anak-anak yang terbit dewasa ini akan bertahan menghadapi tantangan waktu?

Sulit untuk mengetahui mana yang tidak lekang waktu dan mana yang ternyata tidak relevan pada masa mendatang, terutama karena perkembangan budaya kita saat ini begitu pesat. Akan kuberi kau contoh—buku favorit istriku adalah The Mixed-Up Files of Mrs. Basil E. Frankweiler dan dia mencoba membacakan itu untuk anak-anak kami, tapi mereka tidak mengerti. Di dalamnya, ada macam-macam, seperti membayar sepuluh sen untuk naik kereta bawah tanah dan mereka bingung, “Koin sepuluh sen itu apa?” “Itu di dunia mana?” … dan tidak ada ponsel? Orang-orang ini siapa dan kenapa mereka hidup seperti itu? Jadi, aku tidak tahu akan sesulit apa bagi generasi mendatang untuk menengok ke belakang. Firasatku, banyak kisah fantasi yang akan terus beredar. Mitologi Yunani—cerita-cerita itu sudah beredar selama ribuan tahun karena tidak lekang waktu, menurutku. Mitologi Yunani mengandung semua yang kita inginkan: heroisme, kejahatan, monster-monster dan sihir—semua ada.


Apakah kau puas dengan film The Lightning Thief?

Aku tidak menontonnya. Aku sama sekali tidak terlibat dalam pembuatan film itu dan karena aku masih menulis mengenai dunia Percy Jackson dan The Heroes of Olympus, aku memiliki bayangan sendiri mengenai penampilan tokoh-tokoh dan seperti apa latarnya dan aku tahu jika aku menonton film itu, aku tidak akan bisa mengenyahkan citra film dari kepalaku. Aku tidak ingin itu terjadi. Jadi, aku tidak menontonnya, tidak tahu apa-apa tentang film itu, dan aku lebih senang seperti ini.


Karena menurut rencana buku The Kane Chronicles dan buku The Heroes of Olympus akan terbit tiap tahun, bagaimana rasanya menerbitkan buku baru tiap enam bulan sekali? Apakah berat?

Mencengangkan! Tapi, sejauh ini lancar. Aku sudah menyelesaikan buku The Kane Chronicles yang kedua dan buku itu akan terbit tepat waktu. Jadi, jadwal tersebut sudah setengah beres. Begitu seri The Kane Chronicles tamat—dan karena trilogi, berarti tinggal satu lagi—tinggal tiga buku lagi yang harus diselesaikan menurut jadwal, kemudian, mudah-mudahan, aku bisa kembali menerbitkan satu buku per tahun. Tidak ada yang menyuruhku melakukan itu, cuma tenggat waktu yang kupatok untuk diri sendiri karena aku tahu anak-anak membaca jauh lebih cepat daripada aku menulis dan seorang anak rela menunggu kira-kira setahun. Untuk anak sembilan tahun, setahun itu ibarat seabad ….

Dan, makin cepat kau menyelesaikan The Kane Chronicles dan The Heroes of Olympus, makin cepat kau bisa melanjutkan ke mitologi Nordik Kuno!

Banyak minat di area itu dan aku sudah pasti memiliki segudang ide. Aku sudah berpikir mengenai mitologi Nordik Kuno selama kira-kira empat atau lima tahun, tapi banyak sekali yang sedang kumatangkan, jadi aku harus menyelesaikan yang itu dulu.


(Catatan: Aku mengajak serta anak-anak perempuanku yang berumur sembilan tahun, penggemar berat Percy Jackson, dan salah seorang punya pertanyaan untuk Rick.)

Banyak sekali dewa-dewi dan cerita dalam mitologi Yunani. Kapan mulanya Paman Rick tertarik kepada cerita-cerita itu?

Sepertinya aku tertarik kepada cerita-cerita itu sejak aku seusiamu. Aku suka sekali dewa-dewi itu karena menurutku luar biasa keren. Dan, seperti Percy, aku dulu kerap membayangkan siapa tahu ibu atau ayahku adalah dewa Yunani dan siapa tahu aku adalah pahlawan. Ide keren, ‘kan? Jadi, sudah sejak dulu sekali, tapi aku baru betul-betul tertarik semasa SMP. Pada saat itulah aku mulai membaca banyak cerita mitologi Yunani.


Sumber:

https://www.wired.com/2010/10/rick-riordan-interview/



GAMBAR

Sampul depan

HOO #1 depan.jpg

Sampul belakang

HOO #1 belakang.jpg

Foto Penulis

Rick Riordan.jpg


1 komentar:

  1. So beautiful. Do you have the rest of the series' covers too?

    BalasHapus

Salamat Datang Di website saya - Sudahkah kita berbuat baik hari ini? - Terima kasih telah berkunjung ke website qodirsmart, like, follow dan subscribe please!